Minggu, 19 Mei 2013

Hubungan Psikomotor dengan Situasi Belajar



Belajar merupakan proses internal sehingga menghasilkan perubahan yang konsisten yang tercermin melalui perilaku sebagai bukti dari proses pembelajaran itu sendiri. Belajar merupakan hasil dari pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang berinteraksi melalui proses biologi. Jadi proses pembelajaran tidak hanya terpaku pada satu aspek saja tetapi berbagai proses seperti pengalaman siswa,  pelatihan, pembelajaran tatap muka termasuk dalam proses pembelajaran. Dari ketiga proses tersebut akhinya akan menghasilkan suatu produk yang akan tercermin melalui perilaku siswa.
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).[1] Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan individu untuk beraksi sedangkan respon dari adalah tingkah laku yang dimunculkan karena adanya repon. Supaya   tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha–usaha (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1)     Hukum akibat (law of effect); artinya jika sebuah respon menghasilkan efek memuaskan, maka hubungan stimulus respon akan semakin kuat. Namun apabila sebaliknya maka semakin lemah hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon. Sebagai contoh, Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
2)     Hukum Kesiapan (law of readiness); artinya kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit).  Semakin siap seseorang dalam memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik pada seni tari, maka ia akan cenderung berlatih. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menari sehingga menghasilkan prestasi memuaskan.
3)     Hukum Pelatihan (law of exercise); artinya hubungan antara stimulus dengan respon semakin bertambah erat jika sering dilatih dan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.[2] Hal ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah mengulang yang mana ketika mempelajari sesuatu makin sering diulang, maka akan semakin dikuasai.
Bloom membagi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kawasan psikomotor berupa perilaku yang ditimbulkan oleh gerakan fisik manusia seperti berlari, melompat, berjalan, dll. Menurut Arikunto Ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagian lainnya.[3] Dave mengungkapkan dalam bukunya Developing and Writing Behavioral Objectives (1970) bahwa domain psikomotor dapat dibagi menjadi lima. yaitu: peniruan (Imitation), penerapan (Manipulation), pemantapan (precision), artikulasi (Articulation), naturalisasi (naturalization).

1)           Peniruan  (Imitation)
Peniruan terjadi dimana siswa mengamati suatu gerakan agar dapat merespon berdasarkan apa yang telah diamatinya. Imitasi termasuk mengulangi tindakan yang telah dibuktikan atau dijelaskan, dan itu termasuk trial dan error sampai respon yang tepat dicapai. Peniruan biasanya dalam bentuk global dan tidak sempurna.  Hal   ini   dikarenakan     peniruan     yang
diterapkan oleh siswa berdasarkan persepsi masing-masing sehingga kinerja pada tahap ini kualitasnya rendah. Contoh aktivitas dalam tahap ini adalah mengamati tindakan, proses, maupun kegiatan guru kemudian siswa mengulangi tindakan tersebut.
2)           Penerapan (Manipulation)
Penerapan menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain, serta menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Seseorang terus berlatih keterampilan tertentu sampai menjadi kebiasaan dan tindakan dapat dilakukan dengan beberapa keyakinan dan kemampuan. Siswa menerapkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk, tidak hanya meniru tingkah laku. Pada tahap ini siswa mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti instruksi dan berlatih.
3)           Pemantapan  (precision)
Kemampuan  memberikan respon yang terkoreksi atau respon dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal. Hal ini memerlukan kecermatan, proporsi, dan kesiapan yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoteksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. Kemahiran dari keterampilan yang telah dipelajarinya ditunjukkan dengan kinerja, cepat halus, akurat, membutuhkan energi minimal karena keterampilan tersebut sedikit demi sedikit telah telah tercapai sampai pada apa yang diharapkan.
4)           Artikulasi (Articulation)
Artikulasi berupa koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Pada tingkat ini siswa telah mampu untuk memperagakan tahap demi tahap sesuai urutan. Tingkat ini juga melibatkan berbagai koordinasi serangkaian tindakan sehingga mencapai sebuah keselarasan.
5)           Naturalisasi (Naturalization)
Naturalisasi atau dapat disebut juga pengalamiahan yang terjadi pada tingkat ini berupa gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan energi fisik dan psikis yang minimal. Sehingga siswa secara otomatis melakukan gerakan-gerakan tanpa perlu berpikir terlalu keras seperti pada tahap-tahap sebelumnya.[4] Berdasarkan uraian diatas tahapan psikomotor dimulai dari menirukan lalu menerapkan kemudian lanjut memantabkan gerakan lalu merangkai pada akhirnya gerakan tersebut dilakukan secara alami
   Menurut Arikunto, kata-kata operasional untuk aspek psikomotor yang dapat diamati meliputi: 1) Muscular or motor skill yaitu Mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, menggerakkan, dan menampilkan; 2) Manipulation of materials or objects yaitu Mereparasi,    menyusun,    membersihkan,  
menggeser,  Memindahkan dan membentuk; 3) Neuromuscular coordination
Yaitu, Mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.[5] Berdasarkan uraian di atas kata-kata operasional yang dapat diamati dalam menari ada dalam bagian muscular or motor skill yang mana kata-katanya meliputi mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, menggerakkan, dan menampilkan.


[1] Triman Juniarso. Teori Belajar Behavioristik. 2008. (http://www.slideshare.net/zatiah/teori-belajarbehavioristik/download.), h. 1.
[2] Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto. Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya). h. 4
[3] Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 122
[4]  _, Bloom’s Taxonomy: Psychomotor Domain. 2010. (http://www.olemiss.edu/depts/educ_school2/docs/stai_manual/manual10.htm), h.1
[5] Arikunto. Op.Cit., h. 139

RPP Kompensatoris Tunarungu jasmani adaptif


PROGRAM LAYANAN KOMPENSATORIS
(INTERVENSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)

Program Pengembangan         : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (tunarungu)
Hari/tanggal                            : senin, 3 januari 2011

A.    Tujuan
Siswa mampu mendengarkan ada dan tidak adanya bunyi-bunyi musik dengan memberi respon gerakan yang diperintahkan oleh guru dengan benar.

B.     Baseline
Anak sudah dapat menyadari ada dan tidaknya bunyi

C.    Materi
Bunyi-bunyi musik terpilih dengan kekerasan 90 dB atau lebih. Bunyi-bunyi tersebut diantaranya:
·         Organ
·         Rebana
·         Gong

D.    Metode
Percakapan, reaktif, pemberian tugas, dramatis

E.     Sarana prasarana
Alat-alat musik terpilih yaitu,
·         Organ
·         Rebana
·         Gong





F.     Kegiatan intervensi untuk anak
Kegiatan awal
-          Mengecek alat bantu dengar
-          Mengecek alat-alat musik yang akan digunakan
-           Meletakkan alat-alat tersebut di balik dinding atau di balik kain sehingga siswa tidak dapat melihat alat musik apa yang dibunyikan
-          Memposisikan anak sesuai dengan tingkat ketulian dengan sumber bunyi
-          Mempercakapkan materi yang akan disampaikan
Kegiatan Inti
Kegiatan pertama
·         Siswa di ajak untuk berbaris sesuai yang diperintahkan guru
·         Guru membunyikan salah satu alat musik lalu siswa ditanya apakah ada bunyi.
·         Guru tidak membunyikan apapun lalu siswa ditanya apakah ada bunyi
·         Guru memberi penjelasan kepada siswa yaitu ketika mendengar bunyi maka siswa diminta untuk meloncat namun apabila tidak ada bunyi maka siswa diminta untuk diam ditempat.
·         Guru kembali membunyikan salah satu  alat musik
·         Apabila siswa melakukan dengan benar maka berikanlah pujian.
·         Apabila ada yang belum bisa mengidentifikasi bunyi-bunyi alat musik tersebut maka guru akan membawa siswa ke panggung getar agar siswa dapat merasakan bunyi tersebut

Kegiatan kedua
·         Guru kembali mengatur barisan siswa
·         Guru memberi penjelasan bahwa nanti akan dibunyikan suara alat musik yaitu, gong, organ, dan rebana dan siswa diminta mengidentifikasi bunyi tersebut dengan cara bergoyang jika mendengar bunyi gong, bertepuk tangan jika mendengar bunyi organ, jalan di tempat jika mendengar bunyi rebana .
·         Guru membunyikan organ sebanyak 3 kali lalu guru mulai bertepuk tangan sambil bertanya bertanya suara apakah itu?
·         Guru membunyikan rebana sebanyak 3 kali lalu guru mulai jalan di tempat sambil bertanya suara apakah itu?
·         Guru membunyikan gong sebanyak 3 kali lalu guru mulai bergoyang sambil bertanya suara apakah itu?
·         Guru membunyikan ketiga alat musik secara acak dan siswa diminta menebak bunyi tersebut.

Kegiatan ketiga
·         Guru kembali mengatur barusan siswa
·         Guru memberi penjelasan bahwa siswa diminta untuk menentukan berapa kali bunyi yang akan diperdengarkan oleh siswa,
·         Guru membunyikan alat musik sebanyak 5 kali lalu guru menanyakan siswa berapa kali bunyi tersebut
·         Guru membunyikan sebanyak 1 kali lalu guru menanyakan kepada siswa berapa kali bunyi tersebut diperdengarkan
·         Guru membunyikan sebanyak 3 kali lalu guru kembali menanyakan kepada siswa berapa kali bunyi tersebut

Penutup
·         Lakukan pengamatan aktivitas yang telah dilakukan
·         Lakukan pengamatan terhadap respon siswa

G.    Penilaian
Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian berikut ini









LEMBAR PENILAIAN
Text Box: Nama Anak :  ...................................................... Kelas : ......................................
Sekolah :  ...................................................... Guru  : ......................................
NO
Materi
Perintah
Respon
Penguasaan
Ya
Tidak
1
Menyadari bunyi alat musik
Ada bunyi
Melompat


2
 Mengidentifikasi bunyi gong
bunyi apakah itu
Bergoyang,


3.
Mengidentifikasi bunyi organ
bunyi apakah itu
bertepuk tangan


4.
Mengidentifikasi bunyi rebana
bunyi apakah itu
jalan di tempat


5.
Menentukan jumlah bunyi yang diperdengarkan
Berapa kali bunyinya
Menyebutkan jumlah bunyi yang diperdengarkan



KETERANGAN PENILAIAN

MATERI

RESPON YANG DITAMPILKAN

NILAI

1.   menyadari adanya bunyi
Tidak  melompat
1
Melompat karena melihat teman
2
Melompat tetapi terlambat
3
Melompat sendiri tanpa bukan karena melihat teman dan tepat waktu
4
2.   Mengidentifikasi bunyi gong
Diam. Tidak bergoyang  
1
Tidak bergoyang karena salah
     2
Bergoyang karena melihat teman
3
Bergoyang dengan tepat
4
3.   Mengidentifikasi bunyi organ
Diam, tidak bertepuk tangan
1
Tidak bertepuk tangan karena salah
2
Bertepuk tangan karena melihat teman
3
Bertepuk tangan dengan tepat
4
4.   Mengidentifikasi bunyi rebana

Diam, tidak jalan di tempat
1
Tidak jalan di tempat karena salah
2
Jalan di tempat karena melihat teman
3
Jalan di tempat dengan tepat
4
5.   Menentukan jumlah bunyi yang diperdengarkan
Tidak menjawab
1
Salah menentukan jumlah bunyi
2
Benar menentukan jumlah bunyi tetapi melihat teman
3
Benar menentukan jumlah bunyi tanpa melihat teman
4