Minggu, 31 Maret 2013

MABA (MAHASISWA BARU)



Mendaftar ulang adalah proses paling ribet yang pernah gw lakuin. Bolak-balik kesana kemari, lempar sana, lempar sini belum lagi dijutekin sama orang BAAK beuhhh menyebalkan.  Oleh karena itu nyokap gw hanya mengantar pada hari pertama daftar ulang, ketika hari kedua dan ketiga ia menyerah sehingga gw mengurus semuanya sendirian.

Sekitar sebulan kemudian kami briefing untuk MPA atau lebih dikenal dengan ospek.  Masa MPA benar-benar masa suram karena MPA itu jatuh pada bulan puasa.  Harus sampai kampus jam 5 pagi dan pulang jam 5- ½ 6 sore. Gw pun terpaksa harus berangkat jam 3 pagi. Entah bokap gw kesurupan setan apa pas lagi bawa motor, kami hanya menghabiskan waktu 1 jam perjalanan dari Sawangan, Depok sampai Rawamangun. Padahal aslinya kalau naik kendaraan umum bisa 2,5-3 jam perjalanan. Gw sepanjang jalan hanya bisa berdzikir dan baca doa selamat.

Sebenarnya penugasan-penugasan yang harus dibuat lebih seperti kuliah beneran, jadi kami harus menulis sebuah artikel tentang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) secara individu lalu penugasan kelompok berupa membuat makalah tentang ABK bagaimana ciri-cirinya, penyebabnya, bagaimana cara pembelajarannya. Kebetulan gw kebagian tentang kesulitan belajar atau biasa kami singkat dengan kesbel. Itung-itung pemanasan sebelum kuliah. Namun dibalik itu semua gw paling gak suka atribut yang harus kami gunakan. Selempang warna hijau, tas dengan logo UNJ, nametag super besar, baju item putih, sepatu item kayak anak SMK mau PKL, dan ada satu yang menurut gw jahanam banget yaitu MONAIR 1 liter.

Gw, nyokap, dan adik gw upi yang pada saat itu masih balita muter-muter Rawamangun untuk nyari itu air mineral, ketemu nggak nyokap malah sakit seminggu. Ketika hari H gw dikasih tau temen gw kalau itu nyarinya di daerah Priok.  Lalu gw melihat sekeliling gw yang pada berhasil mendapatkan sang monair. Namun akhirnya gw melihat salah satu peserta MPA yang mana ia menulis kata monair di kertas lalu ditempelkan ke botol air seliter itu. Oke itu ide yang sangat brilian, akhirnya gw minta tolong Lya ambil 1 kertas lalu memintanya menuliskan monair dan ditempel ke botol minum gw karena pada saat itu kami dipanggil untuk sholat subuh berjamaah sedangkan Lya sedang Haid.

Hari pertama MPA gw pulang dengan keder. Fisik luar biasa capeknya ditambah berdiri dalam patas ac selama 1 ½ jam sehingga ketika patas melewati tol lingkar luar Taman Mini gw menganggap kita sudah sampai UI karena suasanya mirip sekali kalau kita lewat bundaran UI. Alhasil gw diketawain sama temen gw Lya dan Okta. Mungkin penumpang lainnya juga ikut tertawa hanya saja gw gak menyadarinya. Hari kedua  MPA gw kena hukuman berupa orasi didepan panita karena kemeja gw ada coraknya padahal perintahnya biru muda polos. Tetapi karena gak ada uang buat beli jadi pakai yang ada aja. Setelah MPA berakhir gw sukses sakit selama 3 hari.

Setelah MPA kami pun sudah disibukkan dengan isi-mengisi krs. Kami yang masih oon antri di anjungan untuk mengisi krs. Antriannya sungguh luar biasa panjangnya dan pada saat gw ingin mengisi krs gw dikejutkan oleh password yang salah. Akhirnya gw dan teman gw amel ke BAAK dan Puskom untuk bertanya password. Tetapi kami malah di lempar sana sini hingga Amel menelpon ibunya yang kebetulan juga kuliah disini, kami disuruh ke TU FIP dan  alhamdulillah masalah terpecahkan. Begitulah pengalaman gw ketika menjadi MABA, sebenarnya sih masih banyak unek-uneknya tapi biarkan tetap menjadi rahasia. Hoho ^^

Menelisik Calon Kampus



Menurut orang-orang masa SMA merupakan masa-masa yang indah dan gak akan terlupakan, tapi buat gw masa-masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan, sedikit nakal, dan diluar zona nyaman gw. Gw mo cerita saat-saat gw diterima di UNJ dan melakukan penelusuran calon kampus bersama bokap gw.

Sehari setelah pengumuman UMB secara online, gw dan bokap menuju UNJ. Tidak lupa di terminal Depok gw membeli Koran tempo untuk menyakinkan bahwa gw benar-benar diterima disana. Sambil menunggu bis berangkat gw membolak-balik halaman pengumuman UNJ dan tertera-lah nama gw disana. Kira-kira 1 ½ jam kemudian kami tiba di UNJ.  Kesan gw pertama kali lihat calon kampus gw ini adalah wow gedungnya unik ya bergaya tempo dulu ala tahun 70’n alias gedungnya tua bener cuy dulu belum direnovasi. Gw membandingkan ketika survey ke UIN bersama Yel dan Mae yang terlihat modern dan megah. Back to UNJ gw dan bokap menelusuri kampus itu yang seeepiiii banget tanpa kehidupan karena hari ini adalah hari minggu. Gw dan bokap celingak-celinguk kanan kiri mencari yang namanya Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dan ditengah kebingungan kami mencari fakultas tersebut lewatlah seorang mahasiswi dan kesempatan ini tidak gw lepaskan untuk bertanya dimana si fakultas itu berada.

Si mahasiswi ini adalah anak FMIPA angkatan 2006 yang kebetulan sama-sama berdomisili di Depok. Mahasiswi penyelamat gw dari ketersesatan ini mengantarkan gw dan bokap ke FIP setelah itu ia pamit karena ia masih ada kegiatan lain disini. Gw kaget karena diantar ke sebuah gedung tua yang terkesan hampir mau roboh dengan pohon beringin besar di depannya. Belum lagi gedung di seberangnya yaitu Sarwahita yang sekarang sudah Allmarhum lebih parah lagi.  Gw sempat berpikir. ”gw gak salah gedung kan? Gw gak diantar ke gedung kosong berhantu kan.” Kecewa sudah pasti, tapi yang bikin gw semangat lagi adalah ini universitas negeri (yaiyalah) dan universitas ini sudah melahirkan guru-guru dan para ahli di bidang pendidikan terkenal dan berdedikasi tinggi.

Puas memandangi gedung FIP, kami menuju sebuah tempat namanya BAAK. Di tempat itu terdapat loket-loket yang dipisah sesuai dengan fakultas. Gw melihat ada 1 loket yang dibuka dan disana gw melihat ada lembar pengumuman UMB yang berbentuk seperti koran. Setelah puas berkeliling calon kampus, kami memutuskan untuk pulang. Jalur pulang yang dipilih bokap berbeda dengan sebelumnya. Ketika berangkan lewat jalan Pemuda dan pulangnya lewat Rawamangun Muka.

Pulang lewat Rawamangun Muka bukanlah ide yang baik karena ditengah cuaca yang teriknya luar biasa gw dan bokap jalan sampai utan kayu yang jaraknya kira-kira 500 meteran dan menunggu bis Mayasari Bakti Patas AC 84. Lalu bodohnya gw bersliweran metromini 49 dan 46 disamping tetapi gw gak kepikiran untuk naik itu sampe utan kayu. Belum lagi nunggu patasnya yang lama Hufffttt... rasanya pengen terjun ke kolam yang banyak es-nya. (lho?)

Setelah 45 menit nunggu akhirnya tuh patas datang juga, dinginnya ac di dalam bis itu membawa kenyamanan tersendiri buat gw. Ternyata eh ternyata patas ac yang gw naikin itu sama dengan patas yang gw naikin ketika berangkat. Bagaimana gw bisa tau itu patas yang sama? Tentu saja dari kernet dan supirnya. Patas ac itu tidak seperti metro mini yang bertebaran dimana-mana, paling banyak 8 mobil yang keluar.

Setelah sampai rumah gw bercerita ke nyokap tentang hasil penelusuran calon kampus gw. Malamnya gw iseng menandai siapa saja orang-orang yang senasib terdampar di jurusan ini. Gw mendapatkan 10 nama dan ada 1 nama yang tampak familiar untuk gw yaitu Aprilya. S. Lalu tiba-tiba HP gw berdering dari nomor yang gak gw kenal. Gw menjawab telepon tersebut. ”halo.”

”Halo nggie, ini gw Lya, lu dapet PLB juga ya?” gw mengiyakan.
”Wah senasib kita ya kok lu bisa milih itu? ”
”Gw awalnya disaranin sama si Yel, daripada gw gak dapet negri makanya gw pilih    itu, eh malah itu yang tembus.” Lalu kami janjian daftar ulang bareng kesana dan tidak lupa gw menceritakan hasil penelusuran calon kampus kami hari ini.

Sabtu, 30 Maret 2013

UMB Ajaib



         Ketika pulang dari kampus ketika ambil undangan wisuda gw sempat seangkot sama anak SMA sepertinya ia kelas XII atau kelas 3 SMA yang baru habis pulang bimbel karena mereka membahas renacana mereka untuk kuliah dimana dan memilih jurusan apa. Siswa A bilang ingin masuk jurusan hukum di UI karena dekat dari rumah dan siswa B ingin masuk STAN. Gw jadi ingat ketika zaman SMA yang mana cita-cita gw untuk menjadi wartawan harus gw kubur dalam-dalam karena sekolah yang mahal dan kepribadian gw yang tidak cocok berkecimpung dalam bidang ini. Hingga akhirnya ada tetangga gw namanya Henny namun gw biasa memanggilnya tante Henny karena dia 10 tahun lebih tua dari gw.
         Tante henny berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di sebuah sekolah swasta dan ia juga membuka kursus dirumah dengan harga yang sangat-sangat miring jauh dari lembaga-lembaga bahasa yang bertebaran dimana-mana. Dia berjasa sekali dalam pembelajaran bahasa Inggris hingga suatu ketika disekolah guru bahasa Inggris memberikan gw hadiah berupa majalah berbahasa Inggris karena nilai  ulangan bahasa Inggris gw paling tinggi, dan sejak saat itu gw beralih cita-cita ingin menjadi seorang guru bahasa inggris.
         Setelah UAN kami mempersiapkan untuk ujian masuk perguruan tinggi dan jalur pertama yang gw daftar adalah UMB (Ujian Masuk Bersama) yang pada saat itu tahaun 2008 hanya diikuti oleh 5 universitas yaitu, UI, UIN, UNJ, UNHAS, dan USU.  Pendaftarannya dilakukan secara kolektif dari sekolah sehingga gw gak perlu repot-repot ngurus sana-sini. Teman-teman gw semua bercita-cita untuk masuk UI selain dekat, siapa sih yang tidak tahu UI? Salah satu universitas terbaik di Indonesia yang sudah melahirkan banyak orang hebat dan berprestasi baik dalam maupun luar negeri. Tetapi gw tidak merencanakan masuk UI dengan beberapa alasan selain otak gw gak nyampe karena passing grade yang tinggi, gw juga harus dihadapkan dengan kondisi keuangan keluarga gw yang gak akan kuat ditambah gw masih punya 2 adik yang masih sekolah.
         Akhirnya ketika dihadapkan pada sebuah formulir UMB gw diberikan 3 pilihan universitas serta jurusan yang gw inginkan karena pada saat itu gw mengambil IPC. Pilihan pertama gw jatuhkan pada Pendidikan Bahasa Inggris di UNJ karena menurut tante Henny disana paling bagus dan dulu ia tes disana tapi gak tembus. Lalu pilihan kedua gw jatuhkan di UIN Syarif Hidayatullah tetapi gw lupa milih jurusan apa yang pasti itu berhubungan dengan arsitek pertamanan. Tiba pada pilihan ketiga, inilah saat-saat paling galau dalam hal masa depan. Gw gak punya rencana milih jurusan apa lagi gw cuma bisa membolak-balikkan kertas yang isinya daftar jurusan beserta kode kelima universitas tersebut. Lalu teman gw Yel bilang ” Gie lo milih Pendidikan Luar Biasa aja, gw mau milih itu tapi gak boleh sama bokap gw.” lalu temen gw Yuyun setuju dengan usulnya ”Iya nggie, gw juga milih itu coba aja lumayan siapa tahu tembus.” Setelah mempertimbangkan saran mereka berdua yang menurut gw ada bagusnya maka gw menjatuhkan pilihan ketiga gw ke Pendidikan Luar Biasa UNJ.
         Sehari sebelum tes kami survei tempat terlebih dahulu. gw bersyukur karena mendapat tempat tes yang dekat yaitu FMIPA UI dengan Yel. Selain kami semua teman-teman dapat tempat di daerah Salemba. Yah setidaknya merasakan 2 hari suasana di UI tanpa harus jadi mahasiswa.  Gw, yel, dan teman gw 6 orang anak IPS janjian disekolah lalu bersama-sama berangkat ke UI dengan masih menggunakan seragam SMA. Kami turun di Kober atau gang kecil yang tembus stasiun UI dan fakultas Hukum. Setelah sampai stasiun UI kami naik bis kuning atau kami menyebutnya dengan bikun untuk berkeliling ke fakultas lainnya karena bangkunya penuh maka terpaksa kami berdiri.
         5 menit pertama didalam bis semuanya berjalan seperti biasanya kami mengobrol tentang lokasi mana yang akan kami kunjungi terlebih dahulu namun setelah itu sang supir bikun tiba-tiba nge-rem mendadak. Kami semua yang tidak siap lepas pegangan dan jatuh menimpa mahasiswa dan mahasiswi UI yang duduk dihadapan kami. Pada saat itu juga kami langsung meminta maaf dan alhamdulillah permintaan maaf kami diterima tapi malunya itu lho rasanya pengen garuk-garuk aspal dan muka pengen gw tutup pake baskom.
         Singkat cerita tiba saatnya pengumuman UMB, gw dan nyokap segera menuju warnet langganan gw untuk melihat pengumuman secara online. Sebenarnya di koran juga akan diumumkan keesokan harinya tapi karena gw orangnya gak sabaran sehabis maghrib gw langsung cap cus kewarnet didampingi nyokap selain gw gak bisa bawa motor setidaknya ada orang yang akan menyadarkan gw kalo tiba-tiba kejang atau pingsan (lebay). Gw buka websitenya, gw masukin nomor pesertanya lalu muncullah tulisan SELAMAT ANDA DITERIMA DI 01628 (angka-angka ini hanya karangan karena gw lupa kodenya hehe :p).
         Gw senangnya bukan main karena UMB gw tembus. Gw berkata sambil meluk nyokap. ”Ma tembus ma, UMB-nya tembus. Tapi itu jurusan apa ya?” gw langsung sms teman gw Rissa untuk minta dia ngecek kodenya. Gak berapa lama dia bales. ”Pendidikan Luar Biasa, nggi.” WHAT !!! Jerit gw dalam hati. Buset dah jurusan yang gw pilih paling bontot dan gak diharapkan malah tembus. Gw langsung sms seseorang yang pada saat itu mengisi hati gw dan ia menyemangati kalau gw pasti bisa melewatinya dan bidang itu sebagai tabungan pahala untuk gw. Ada sedikit kelegaan dihhati namun pada saat itu gw masih agak gimana gitu dengan orang disabilitas namun semuanya berubah ketika gw berada di jurusan ini.

Aku, Rina, dan Cerpen



        Cerpen...ya, cerita pendek. Bagi gw cerpen bukanlah sekedar cerita pendek tapi cerita yang tidak pernah selesai. Cerita yang telah  gw tinggalkan selama 8,5 tahun, cerita yang sejak duduk di kelas 2 SMP hingga lulus kuliah.  Dulu waktu tes IQ 3 kali dari SMP sampai SMA semuanya menunjukkan arah minat yang sama yaitu Literary atau pekerjaan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Padahal kuliah gw saja keguruan jauh banget dengan hasil tes IQ-nya. Dulu sempat bercita-cita jadi wartawan tapi mengingat kepribadian yang sedikit pendiam atau bahkan lebih banyak diamnya dari pada ngomongnya serta biaya kuliah jurnalistik luar biasa mahalnya. Gw mengurungkan niat tersebut dan akhirnya terdamparlah gw di PLB FIP UNJ. Entahlah gw juga bingung kenapa pas UMB gw milih itu.
         Apa saja sebenarnya yang kulakukan selama ini? sampai-sampai aku bisa meninggalkanmu begitu saja (ciehhh... bahasanya). Padahal selama ini gue mengalami banyak hal. Gue merasakan manis, pahit, asin, dan sepetnya hari-hari gw selama remaja hingga beranjak dewasa. Bagaimana kehidupan percintaan gw? Ok tema itu sering dijadikan cerpen tetapi dalam kasus gue tak pernah sekalipun aku tuangkan dalam cerpen karena kehidupan percintaan gw sedikit ironis.
         Gw jadi ingat kehidupan percintaan gw pada saat SMA dengan seseorang yang sudah mengagumi gw sejak gw menjadi anak baru di SMP yang menyenangkan lalu berubah menjadi menyedihkan. Lalu ketika kuliah bagaimana sedihnya ketika orang yang kau cintai tidak bisa kau miliki sepenuhnya ataukah seberapa tersiksanya ketika bersama seseorang yang sebenarnya tidak kita cintai. Gw pun gak pernah menceritakan semua ini ke temen-teman gw karena berbagai alasan. Mungkin kalau gw menceritakan semua kisah ini bakalan jadi novel kali yeee (ngarep).
         Selama masa-masa itu gw ngerasa kosong di hati, yang gw sendiri juga bingung ini sebenarnya ada apa sih, jomblo kaga, ibadah alhamdulillah dijalankan semua tapi hati masih merasa kosong, kehidupan baik-baik aja. Sampai sekitar setahun yang lalu gw di add temen SMP lewat Facebook namanya Rina dan dia bilang katanya kangen sama cerpen yang gw bikin.. Sebenarnya dulu ketika SMA gw pernah seangkot sama Rina ketika pulang sekolah dan dia bilang pengen banget baca cerpen bikinan gw. Rina adalah orang yang selalu menunggu cerpen bikinan gw. Sewaktu naik kelas 2 gw pindah dari SMP 68 Jakarta ke SMPN 10 Depok karena gw sekeluarga pindah rumah ke Depok. Sebagai anak baru yang masih beradaptasi dan mencari teman-teman baru gw senang sekali ketika ia berkomentar positif karya gw dan ternyata teman-teman sekelas gw pun berpendapat sama dengan si Rina. Setelah itu gw mulai mencari-cari buku kumpulan cerpen yang gw buat ketika kelas 2 SMP tapi gak ketemu, sepertinya sudah dikasih tukang beling atau warung deket rumah gw buat bungkus cabe.
         Putus asa nyari si buku cerpen gw mulai memutuskan untuk membuat lagi cerpen. Oke inilah saatnya gw mulai menulis cerpen lagi. Gw mulai buka si Kcrood (baca: kacrud) laptop semata wayang yang sangat dijaga kesehatannya karena kalau dia mulai sakit dan tewas entahlah gw harus ngepet kemana lagi buat beli laptop baru. Satu kata, dua kata, satu kalimat, dua kalimat, tiga kalimat, satu paragraf, 2 paragraf, 3 paragraf. Oh...tidak kata-katanya gak nyambung. Lalu gw mulai menghapus kata-kata tersebut dan gw mencoba untuk menulis lagi namun ternyata otak gw mendadak buntu bingung harus nulis apa.
         Gw kalut, gw hapus semua kata-kata, kalimat, dan paragraf yang sudah gw ketik, gw mulai menyalahkan diri sendiri dan merasa sangat bodoh. Tanpa sadar air mata sudah sampai di pelupuk mata dan mulai mengalir deras. Gw shutdown si Kcrood dan beralih ke meja belajar yang penuh dengan tumpukan kertas bekas waktu gw skripsi. Gw memperhatikan kertas itu ingat masa-masa ketika skripsi, lalu gw membalik kertas tersebut yang masih kosong, langsung gw ambil pulpen dan mulai menulis apa yang ada dalam pikiran. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Tangan gw mengalun dengan lancar sekali menyalin isi otak gw yang penuh dengan ide. Sehingga jadilah 1 cerpen yang berjudul Light Haters.



note: kisah ini  dipersembahkan buat Rina sang inspirator gw

Jumat, 29 Maret 2013

Light Haters


Pembenci Cahaya

”Aku benci cahaya.” Tegas wanita yang duduk dihadapanku. Lalu ia membuka sekaleng soda kemudian menengguknya seperti minum air mineral. ”Kamu tengah malam telpon suruh aku datang Cuma mau bilang ini?” wanita itu menggeleng. Butuh waktu untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Aku bisa saja mengatakan kau mungkin butuh istirahat atau kasarnya aku bisa saja mengatakan kau sudah  gila, namun aku tidak cukup tega untuk mengatakan semua itu.
         Aku menarik nafas panjang kemudian aku mulai berkata, ” memang apa alasannya?”
         ”cahaya itu egois, ia merasa dirinya paling cemerlang. Kamu tahu kan semua yang bercahaya dianggap sebagai keindahan, kejayaan padahal isinya hanyalah keangkuhan belaka. Sedangkan apa yang di dapat dari kegelapan? Kesuraman, keterpurukan dan kejahatan. ”
         Aku terkejut mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku jadi bertanya-tanya apa benar wanita yang dihadapanku ini adalah dia yang telah menemani hari-hariku sebagai seorang kekasih selama 3 tahun. Sebenarnya apa yang menjadi kegelisahannya? Ini yang harus akau cari tahu untuk menghentikan semua kegilaan ini.
          \ Ia mungkin lebih muda lima tahun dari usiaku tetapi aku tidak menyangka pemikirannya bisa melebihi usiaku bahkan aku pun tidak terpikir sekalipun untuk repot-repot tengah malam berdiskusi membahas cahaya. ”Tapi kalau tidak ada cahaya kita tidak bisa lihat apa-apa.” Aku menanggapi dengan sekenanya sambil menyeruput sodaku yang embunnya hampir hilang. Aku hanya orang yang berpikit praktis dan simpel.
         Ia melanjutkan,” Hei..hei...hei...kalau tidak cahaya, tidak ada yang namanya tunanetra karena kita semua sama-sama buta.” Ia terdiam sejenak, perdebatan ini begitu menguras tanaga serta pikirannya, tak berapa lama ia mulai melanjutkan. ”Coba deh kamu perhatikan lagi kegelapan itu lebih abadi daripada cahaya itu sendiri. kamu pernah lihat orang meninggal lalu dikuburannya dikasih senter, lampu neon, bohlam, lampu petromaks atau semacamnya? Tidak kan.” Aku hanya tertawa kecil perkataan wanita ini ada benarnya juga. Aku masih belum menangkap apa yang menjadi kegelisannya.
         ”Aku benci cahaya, cahaya itu menyakitkan.”  Air matanya meleleh. ”Cahaya itu memperlihatkan kekurangan, dia bersenang-senang diatas penderitaan orang.” air matanya mengalir makin deras, aku segera memeluknya. Aku sudah menangkap kegelisahannya.
         ”Kamu sebenarnya suka cahaya kan! Kamu gak benci cahaya, kamu cuma takut.” Ia mengangguk di dekapanku. ”Ya mungkin kamu benar aku memang takut cahaya. Aku takut cahaya perlahan-lahan meninggalkanku. Aku takut kalau tidak akan bisa melihat lagi cahaya.”
         ”Tapi kenapa?”  Ia menjawab. ”Aku menderita Glaukoma.” aku dekap dirinya makin erat. Jadi ini inti dari semua pembahasan konyol malam ini. Aku ikut menangis bersamanya dan sejak itu juga aku juga benci cahaya.