A. Definisi anak tuna daksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan
struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap
masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan
motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.
Definisi
Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna
Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti
tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas
dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and
Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).
B. Karakteristik anak tuna daksa
Mempengaruhi kemampuan
penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi
oleh jenis dan derajat keturunannya.
Jenis kecacatan
itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan
kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema
penyerta bagi anak tuna daksa antara lain:
a. Kelainan
perkembangan/intelektual.
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan penglihatan.
d. Gangguan taktik dan kinestetik.
e. Gangguan persepsi
f. Gangguan emosi.
b. Gangguan pendengaran.
c. Gangguan penglihatan.
d. Gangguan taktik dan kinestetik.
e. Gangguan persepsi
f. Gangguan emosi.
C. Implementasi pendidikan anak
tuna daksa
Pelayanan Pendidikan bagi anak
Tunadaksa, Guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik
juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara
lain : latihan bicara, fisioterapi, Terapi okupasi dan Hydro Therapy. Anak
Tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya.
Jenis
terapi yang dilakukan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Rehabilitasi
Medik:
·
fisioterapi (terapi fisik)
·
terapi okupasi
·
terapi wicara
Tujuan utama adalah untuk memperbaiki pola gerakan,
fungsi bicara dan bahasa serta tugas-tugas praktis sehari-hari. Terapi Fisik
biasanya dimulai pada usia satu tahun, dan dengan tujuan utama mencegah
kelemahan dan gangguan pada otot yang dapat menyebabkan pengecilan otot akibat
tidak dilakukan aktivitas dan memperbaiki atau menghilangkan kontraktur yang
akan menyebabkan otot menjadi kaku dan dalam posisi abnormal. Kontraktur
merupakan komplikasi yang paling banyak terjadi pada anak CP. Tujuan yang lain
adalah memperbaiki perkembangan motoriknya. Pada terapi okupasi anak akan
dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-had seperti makan, minum, berpakaian,
atau mandi, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pengasuhnya.
Terapi Wicara membantu anak mempelajari berkomunikasi secara bervariasi tergantung tingkat gangguan bicara dan bahasanya
Terapi Wicara membantu anak mempelajari berkomunikasi secara bervariasi tergantung tingkat gangguan bicara dan bahasanya
D.
Model layanan pendidikan untuk anak
tuna daksa
Model layanan pendidikan bagi anak
tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi: Sekolah
kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi
intelektualnya maupun emosinya. Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini
diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema
penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.
2. TINJAUAN
TENTANG BINA WICARA
A. Pengertian
Bina Wicara
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2000: 134), bina wicara terdiri dari
kata bina, dan wicara. Dimana pengertian dari bina adalah usaha, tindakan dari
kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna memperoleh
hasil yang lebih baik. Sedangkan wicara berasal dari kata bicara yang mempunyai
arti “bicara”.
Menurut Henri Guntur Tarigan
(1993: 25), dalam buku Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, yang
dimaksud berbicara adalah pengucapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Sedangkan menurut Tarmansyah (1996: 2) dalam buku Gangguan
Komunikasi, bicara adalah suatu kemungkinan manusia akan pengucapan bunyi-bunyi
bahasa dengan alat bicara. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa latihan bina wicara adalah belajar agar dapat mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan dan perasaan
dengan menggunakan alat bicara.
Bina
Wicara dapat juga diartikan sebagai suatu upaya yang sistematis untuk melakukan
tindakan kegiatan pembelajaran bicara, yang dalam prakteknya merupakan
serangkaian usaha untuk membawa anak didik memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya dengan
berbicara.
B. Tujuan
Bina Wicara
Tujuan
bina wicara bagi menurut Edja Sadjaah dan Darjo Sukarja (2003:10) dalam buku
“Bina Persepsi Bunyi dan Irama” dikemukakan sebagai berikut:
1) Agar
anak mampu memiliki dasar ucapan agar benar.
2) Agar
anak mampu membentuk bunyi bahasa dengan benar sehingga dimengerti orang lain.
3) Memberikan
keyakinan kepada anak bahwa bunyi atau suara yang diproduksi melalui alat
bicaranya harus melalui makna.
4) Agar
anak tuna daksa mampu mengoreksi ucapannya yang salah.
5) Agar
anak tuna daksa mampu membedakan ucapan yang satu dengan yang lain.
6) Agar
anak tuna daksa mampu memfungsikan alat bicaranya yang kaku.
Tujuan
yang lainnya dari bina wicara adalah agar anak tuna daksa :
1) Mengucapkan
seluruh bunyi bahasa
2) Mengucapkan
kata, kelompok kata, dan kalimat Bahasa Indonesia
3) Mengevaluasi
bahasanya sendiri berdasarkan pengalaman visual, auditif, dan kinestesis
4) Mengatur
alat ucapnya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicara
5) Memilih
kata dan kelompok kata yang tepat
6) Senang
menggunakan cara bicaranya dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain
7) Senang
mengadakan evaluasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta berusaha
meningkatkan kemampuan bicaranya
Tujuan dari terapi wicara-bahasa adalah untuk
meningkatkan komunikasi yang disengaja melalui ekspresi ide, mendapatkan keinginan,
berbagi informasi dan interaksi interpersonal. Bahasa adalah sarana komunikasi
yang dicapai.
Komponen
bahasa termasuk tetapi tidak terbatas pada:
·
pemahaman / ekspresi verbal
·
wajah / manual gerak
·
Nada suara
·
Orientasi tubuh
Dalam rangka untuk menggunakan pengetahuan bahasa kita
isi (kosa kata, konsep), bentuk (bagaimana kata-kata dihubungkan ke frase /
kalimat) dan menggunakan (apa yang anak ingin dapatkan dari menggunakan / nya
bahasanya) diperlukan. Oleh karena itu, bahasa terapi berfokus di sekitar
mengajar anak apa yang dia butuhkan daripada penggunaan bahasa untuk
komunikasi.
Bagi anak yang tidak menggunakan kata-kata, bahasa masih
mungkin melalui cara lain. Seorang anak bisa diajarkan untuk menggunakan
berbagai cara memanfaatkan kemampuan bahasa mereka untuk menyampaikan makna.
Ini mungkin terdiri dari gerak / isyarat mata, kontak, ekspresi wajah,
vokalisasi atau manual alat seperti gambar komunikasi / boards / buku.
Oral-keterampilan motorik juga dibahas dalam layanan
bahasa-bahasa. Karena struktur yang tepat dan fungsi oral daerah diperlukan
untuk berbicara dan produksi suara, intervensi untuk meningkatkan koordinasi,
kekuatan, gerakan dan penempatan, lidah rahang bibir, dan pipi (baik internal
maupun eksternal) diperlukan.
Apa
yang menyebabkan masalah bicara dan bahasa?
bahasa Pembangunan dan gangguan bahasa adalah alasan umum
untuk bahasa / masalah bahasa pada anak-anak. Ini adalah belajar cacat yang
secara khusus mempengaruhi lima wilayah umum:
• Spoken language—delays and disorders in
listening and speaking
• Written language—problems with reading,
writing and spelling
• Arithmetic—trouble doing arithmetic or
understanding basic concepts
• Reasoning—problems organizing and
putting together thoughts
• Memory—problems remembering facts and
instructions
C.
Peranan
Latihan Bina Wicara
Berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi manusia.
Orang berbicara tidak lepas dari bunyi yang didengar, karena suara atau bunyi
yang didengar berusaha untuk dipelajari dengan menirukan kata-kata dari hasil
yang didengarnya. Dengan mendengar, maka orang mencoba untuk dapat memperbaiki
ucapan dari hasil yang didengarnya untuk menjadi lebih baik sehingga dapat
berbicara dengan baik. Pada anak tuna rungu hal ini tidak terjadi karena anak
tuna rungu mengalami gangguan atau kelainan pendengaran, sehingga mangalami
ganguan pada kemampuan bicaranya. Dengan adanya kelainan pada kemampuan bicara
dan mempengaruhi pada kemempuan berkomunikasi, maka anak tuna rungu mengalami
gangguan dalam menyatakan pikiran, gagasan, dan pendapatnya pada orang lain
karena keterbatasan pendengaran dan batas kemampuan berbicara anak tuna rungu.
Dengan adanya latihan bina wicara maka diharapkan dapat
membantu masalah yang dialami anak tuna daksa. Dalam hal ini dengan adanya
latihan bina wicara dapat membantu anak tuna daksa untuk mengembalikan fungsi
dari organ bicara, sehingga mampu berbicara dan berkomunikasi dengan baik,
mengucapkan kata-kata bunyi-bunyi dengan baik sesuai batas maksimal anak.
Sehingga dapat dimengerti orang lain yang diajak berkomunikasi oleh anak tuna daksa.
Dengan demikian anak tuna daksa merasa tidak terisolir dari kehidupan
masyarakat sekitarnya.
D.
Fungsi
Bina Wicara
Fungsi dari bina wicara untuk anak tuna daksa adalah membantu
mengembangkan kontrol yang lebih baik dari otot-otot rahang dan mulut, yang
dapat meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa dan kemampuan makan anak-anak
dengan cerebral palsy. Bicara dan terapi bahasa bertujuan untuk membantu klien
untuk memanfaatkan maksimal kemampuan komunikasi mereka dalam menuangkan ide
dan pemahaman yang diungkapkan oleh orang lain.
Mereka juga membantu mengembangkan metode komunikasi
kreatif bagi mereka yang tidak dapat berbicara. Seorang terapis bicara dan
bahasa akan bekerja dengan anak Anda pada kemampuan komunikasi. Ini berarti
berbicara, menggunakan bahasa isyarat, atau menggunakan alat bantu komunikasi.
Anak-anak yang dapat berbicara dapat bekerja dengan terapi bicara untuk membuat
bicara mereka lebih jelas, atau pada pembangunan kemampuan bahasa mereka dengan
mempelajari kata-kata baru, belajar untuk berbicara dalam kalimat, atau
meningkatkan keterampilan mereka mendengarkan. Anak-anak yang tidak bisa bicara
dapat belajar bahasa isyarat, atau cara menggunakan peralatan khusus seperti
komputer yang benar-benar berbicara untuk mereka.
E.
Alat
yang Digunakan dalam Latihan Bina Wicara
Dalam latihan bina wicara diperlukan alat-alat sebagai
alat bantu dalam pembelajaran, sehingga dengan alat-alat tersebut diharapkan
latihan bina wicara dapat berjalan dengan lancar. Menurut Sardjono (2002: 18)
dalam bukunya Pembinaan Kemampuan Bina Wicara, alat yang digunakan dalam
latihan bina wicara adalah:
1)
Kaca besar
Untuk menyadarkan anak terhadap posisi organ bicara yang
kurang baik, dan mengontrol gerakan muka
yang kurang sedap dipandang. Serta untuk memberi contoh mengucapkan kata-kata
yang benar.
2)
Spatel
Alat
untuk membetulkan posisi lidah yang kurang benar.
3)
Audiometer
Untuk mengetahui beberapa persen pasien kehilangan
pendengaran, untuk mengetahui ketajaman pendengaran anak, telinga mana yang
mengalami gangguan kelainan, seberapa baiknya anak mendengar dengan
konduksihawa dan tulang, serta untuk mengetahui pada frekuensi berapa suara
dapat didengar jelas oleh anak. Hasil audiometer paling obyektif.
4)
Hearing aid
Alat
untuk membantu anak-anak yang mengalami kurang pendengaran.
5)
Tape recorder
Untuk mengontrol hasil-hasil ucapan yang telah diucapkan,
juga untuk menyadarkan anak tentang kelainannya, dengan maksud untuk dapat
memperbaiki sendiri dengan bimbingan seorang therapist.
6) Segala macam permainan anak,
antara lain:
a) Balon,
untuk latihan meniup dan menguatkan daya hembusan.
b) Lilin,
juga untuk latihan meniup dan menguatkan otot perut.
c) Miniatur
alat-alat rumah tangga untuk merangsang keaktifan berbicara, dan untuk
stimulasi bicara dan untuk menggerakkan kemampuan bicaranya.
d) Kartu
nama, gambar-gambar sederhana dan mudah dikenal ciri-ciri khasnya
e) Mainan
lainnyayang disukai oleh anak-anak, misal: mobil-mobilan, kereta api, kapal
terbang, dan sebagainya.
Peralatan
tersebut tidak harus ada, karena membutuhkan biaya yang banyak. Kita dapat
mencari dan menggunakan peralatan sederhana yang mudah didapatkan dengan harga
terjangkau.
F.
Unsur
Pengajaran bina wicara
1.
Segi komunikasi
2.
Segi pelambangan
3.
Segi teknik wicara meliputi irama (aksen melodis, temporal, dinamis), tempo,
dan artikulasi (pembentukan ucapan)
G.
Materi
Pengajaran bina wicara
1. Latihan Prawicara
a) Latihan
keterarahwajahan
b) Latihan
keterarahsuaraan
c) Latihan
pelemasan organ wicara (bibir, lidah, dan rahang)
d) Latihan
pernafasan (meniup dengan hembusan, meniup dengan letupan, menghirup dan
menghembuskan melalui hidung)
e) Latihan
pembentukan suara (menyadarkan anak untuk bersuara, merasakan getaran pada dada
guru, menirukan ucapan guru sambil meraba dada, melafalkan vokal bersuara,
meraba sambil merasakan getaran)
embetulan,
penyadaran irama/akse
gembangan
H. Metode
dan Teknik Pelayanan
Terapis
bina wicara menilai dan bekerja dengan orang-orang dari segala usia yang
mengalami kesulitan dengan: ucapan mereka, pemahaman yang diucapkan dan / atau
bahasa tertulis, menggunakan bahasa dan makan dan minum masalah dan masalah
makan pada bayi dan anak-anak. Terapis Bicara dan bahasa biasanya bekerja di
klinik, pusat kesehatan, sekolah dan rumah sakit sebagai bagian dari tim
multi-disiplin. Dimana klien (dewasa atau anak) mengalami kesulitan parah dalam
mengekspresikan diri, ahli terapi bicara dan bahasa dapat memperkenalkan alat
bantu komunikasi yang baik dapat meningkatkan atau mengganti bicara.
Berbicara
masalah yang berhubungan dengan cerebral palsy terkait dengan kontrol
pernapasan yang buruk sebagai akibat dari kelemahan otot, disfungsi laring dan
langit-langit lunak, dan gangguan artikulasi yang dihasilkan dari gerakan yang
tidak tepat struktur oral-wajah. Insiden dysarthria (Kesulitan dalam
mengartikulasikan kata-kata karena stres emosional atau kelumpuhan, ketiadaan,
atau kekejangan otot-otot yang digunakan dalam berbicara.) Bervariasi
sehubungan dengan jenis dan tingkat kerusakan motor. gangguan komunikasi
lainnya (misalnya, gangguan pendengaran, keterlambatan atau gangguan bahasa)
juga dapat dikaitkan dengan cerebral palsy.
Bicara dan bahasa terapis juga mungkin terlibat sangat
awal jika anak memiliki makan, minum atau menelan masalah. Jika berbicara
sulit, atau jika ada masalah lain dengan bahasa, terapis bicara dan bahasa akan
bekerja untuk melaksanakan program untuk mengatasi kesulitan tertentu.
Beberapa anak dengan cerebral palsy telah menunda bahasa
karena mereka mungkin tidak dapat bermain dan mengeksplorasi seperti anak-anak
non-cacat. Ketidakmampuan untuk dipahami dapat mempengaruhi perkembangan
intelektual anak, terutama jika orangtua tidak meluangkan waktu tambahan yang
dibutuhkan untuk memahami usaha anak-anak mereka pada bicara. Bicara dan
terapis bahasa akan bekerja dengan guru, terapis okupasi dan orang tua untuk
mendorong kegiatan belajar sesuai.
Bicara
dan bahasa terapis juga dapat menyediakan perangkat komunikasi, yang membantu
anak yang mengalami masalah besar dengan bahasa atau bicara. Penggunaan bahasa
isyarat, bicara simbol atau alat bantu komunikasi yang sering akan mengurangi
frustrasi bahwa pengalaman individu karena tidak mampu berkomunikasi keinginan
mereka dan keinginan.
Anak-anak dapat mengambil manfaat dari papan gambar atau
alat komunikasi lain yang memungkinkan mereka untuk menunjukkan untuk membuat
keinginan mereka diketahui. Untuk anak-anak usia sekolah atau orang tua dengan
CP, ada sejumlah besar perangkat komunikasi augmentatif, termasuk program steno
mengetik dan perangkat bicara yang dibantu komputer. Seorang terapis bicara bahasa
bisa memberikan nasihat berharga pada jenis peralatan yang tersedia.
Orang tua sering memiliki kesalahpahaman tentang
komunikasi augmentatif (misalnya, bicara Lisan dan kemampuan bahasa tidak akan
lagi menjadi bagian dari program terapi Komunikasi''. Bantu''atau perangkat
akan menggantikan yang sudah ada kemampuan komunikasi lisan. Orang tua takut
bahwa mesin akan membuat pengguna '''malas, dan itu / ia akan bergantung
sepenuhnya pada mesin untuk berkomunikasi.). Karena kesalahpahaman, orang tua
mungkin enggan untuk menyetujui untuk memiliki anak mereka belajar tambahan
bentuk komunikasi.
Untuk mengurangi beberapa mitos ini, berpikir tentang
kesejajaran antara komunikasi augmentatif digunakan oleh komunikator yang khas
dan individu dengan gangguan komunikasi: banyak orang yang menggunakan pesan
suara ditempelkan untuk menyampaikan informasi (misalnya, telepon jawaban);
bahwa bisnis pria dan wanita menggunakan template untuk pesan tertulis yang
sering dikirim, dan bahwa driver relay pada rambu-rambu jalan dengan simbol
gambar untuk menyampaikan makna. perangkat komunikasi augmentatif dapat
memiliki ditempel pesan suara untuk menyampaikan informasi (misalnya,''Halo
Bagaimana Anda ?''); hari ini bahwa template dengan kosa kata kursus-khusus
(misalnya, ilmu:. gelas, burner, pengamatan) dapat dikembangkan dan digunakan
untuk menyelesaikan tugas kelas dan pekerjaan rumah, dan simbol gambar yang
dapat digunakan untuk menyampaikan kata-tunggal atau lengkap-kalimat (misalnya,
gambar hitam & putih burner sarana untuk tempat gelas pada kompor dan panas
substansi).
Dalam teknik pelayanan pada gangguan komunikasi, guru
dapat mempergunakan salah satu atau kombinasi beberapa metode dan teknik
sebagai berikut:
1. Metode Simulasi. Metode ini dilakukan
berdasarkan prinsip pengamatan terhadap suatu rangsangan secara terpadu melalui
sensory yang dimiliki seseorang dengan memperbaiki “konsep perilaku komunikasi
yang salah”. Metode stimulasi ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
a)
Metode Stimulasi visual
b)
Metode Stimulasi Auditoris
2. Metode Phonetic-placement. Metode ini
selalu menuntut anak dengan gangguan komunikasi untuk “memperhatikan” gerakan
posisi organ bicara atau alat komunikasi yang lainnya sehingga mampu
mengendalikan pergerakan organ bicara.
3. Metode Moto-kinestetic. Disebut juga
metode manipulasi. Guru melakukan manipulasi langsung kepada otot-otot organ
bicara atau organ komunikasi yang dipandang perlu.Pemberian manipulasi melalui
alat misalnya jati, spatel, kuas khusus atau alat-alat lainnya.
4. Metode Psiko-edukatif. Melalui teknik
play-therapy, role playing, dramatisasi, atau metode-metode lainnya
5. Metode Compensatory Pattern. Metode ini
akan diberikan kepada anak bila sudah
tidak
mungkin lagi melakukan perilaku yang lain.
I. Sarana
dan Prasarana Latihan
Sarana fisik meliputi ruang latihan, peralatan yang
digunakan yang terdiri dari alat-alat elektronik, atau non elektronik. Yang
dimaksud alat-alat elektronik adalah segala peralatan yang digunakan dengan
memanfaatkan modalitas elektronik. Namun alat-alat elektronik bukan
satu-satunya yang menentukan keberhasilan dalam latihan. Alat-alat dimaksud
akan lebih baik apabila para pelaksana terlebih dahulu mengenal, dan mempunyai
kemampuan mengoperasikan alat-alat dimaksud.
J. Terapi Wicara Anak Cerebral Palsy
Program terapi wicara (speech therapy) adalah program yang diarahkan untuk
melatih secara khusus pada anak-anak cerebral palsy dengan berbagai jenisnya. Program ini disususn
secara sistematis dan dibuat sesuai dengan problem-problem yang ada pada anak
cerebral palsy. Program khusus terapi wicara (speech therapy) pada anak
Cerebral palsy dibagi menjadi dua :
a)
Program
untuk pre speech
a. Basic
Speech Therapy
Program
ini sebagai dasar untuk latihan terapi wicara.
Program
lathan untuk bisa makan sendiri dengan pola gerakan makan yang normal. Latihan
makan ini termasuk latihan menghisap, mengunyah dan menelan.
(1) Latihan-latihan sebelum makan :
(i) Menutup mulut dan menelan dengan gosokan
pada alveolar
(ii) Gosokan pada Palatum
(iii) Gosokan Pada Lidah
(iv) Merapatka bibir
(2) Latihan untuk makan
(i) Menaruh makanan ditengah sendok teh
(ii) Selagi sendok itu masuk ke mulut, kemudian
ditekan kebawah kuat-kuat diatas lidah bagian bawah.
(iii) Tunggu sampai rahang dan bibir mulai
menutup, kemudian dengn pelan-pelan sentuh sendok itu untuk membiarkan makanan
pindah kemulut dengan bibirnya bukan dengan giginya.
(iv) Rahang dan bibir ditutup erat-erat dengan
jari. Satukan bibir atas agar menempel dengan bawahnya. Kemudian membantu
gerakan mengunyah dan merangsang gerakan berputar dibawah dagu. Mengunyah
dapat dibantu dengan gerakan rahang yang
diputar secara pasif sambil mengatupkan / menutup kedua bibir.
(v) Proses tersebut diatas diulangi setiap
sendok yang diusapkan kemudian usahakan agar latihan tersebut tanpa bantuan dan
rangsangan sewaktu makanan itu masuk kemulut
(3) Latihan untuk minum
(i) Menggunakan gelas plastik yang lebar
(ii) Taruh gelas diatas bibir bawah anak dan
segera diteruskan dengan menutup bibir atas. Cara ini dirangsang dengan
membiarkan air mengalir kemulut.
(iii) Membiarkan anak minum dari gelas, pegang
rahangnya untuk menutup dan diberi stimulus untuk menelan dengan gerakan putar
dibawah dagu. Apabila anak belum mampu memegang gelas, dapat dibantu dengan
menggunakan sendok dengan menaruh air disendok, sementara gelas diperkenalkan
sampai anak bisa memegang.
Latihan-latihan diatas perlu bagi
anak cerebral palsy, agar supaya mempunyai gerakan-gerakan mulut yang primer
untuk bisa digunakan untuk gerakan organ artikulasi dalam bicara.
b.
Latihan Persepsi
Latihan
persepsi terdiri dari latihan menyamakan, membedakan, mensortir, menyusun
bentuk dan warna.
c.
Latihan
gerakan organ artikulasi dengan posisi-posisi yang benar. Latihan ini dilakukan
dengan bantuan ahli, untuk mendapatkan posisi mulut yang normal dan membuat
posisi mulut serileks mungkin. Latihan ini untuk memproduksi suara yang normal,
merangsang refleks mengunyah dan mengurangi keluarnya air liur (ngiler)
d.
Latihan Pernafasan
Latihan
ini sangat perlu sebab anak cerebral palsy mengalami problem dalam pernafasan.
(i) Latihan mengambil nafas dalam-dalam.
(ii) Latihan rhytme pernafasan
(iii) Latihan mengatur gerakan mengambil nafas (exhalasi) yang panjang
(iv) Melatih pergerakan dalam bernafas.
Memperhatikan diafragma, perut dan dada.
(v) Mencegah atau mengurangi adanya gerakan
otot-otot yang tidak bisa dikendalikan dalam pernafasan.
(vi) Menarik nafas mengucapkan ”satu, dua,
tiga”- istirahat, lakukan secara bertahap dan berkelanjutan sampai beberapa
angka bisa disebutkan dalam satu kali tarikan nafas dalam-dalam.
Latihan
pernafasan ini bisa dilakukan dengan cara-cara lain, yang sesuai dengan tujuan
latihan agar anak cerebral palsy mampu bernafas dengan sempurna untuk dapat
memproduksi suara dengan baik.
e. Latihan Bahasa
Latiahan
bahasa ini bertujuan agar anak mampu menerima dan menangkap, mengerti
pembicaraan orang lain. Latihan ini memerlukan waktu yang lama dn
berulang-ulang agar latihan bahasa dapat berhasil. Tujuan dari latihan ini
menyiapkan anak agar dapat berbahasa dengan baik. Seseorang pada masa
perkembangn bahasa terlebih dahulu harus mendapatkan pembentukan konsepm hal
ini dapat disebabkan mendengarka suara yang sama secara berulang-ulang dan
seterusnya secara verbal sampai akhirnya dapat diucapkan.
b)
Program
Khusus untuk Latihan Bicara
Program khusus untuk latihan
bicara anak cerebral palsy ditunjukan untuk masing-masing anak cerebral palsy.
Setiap anak cerebral palsy mempunyai masalah yang berbeda dan derajat
ketunaannya pun berbeda. Satu dengan yang lain tidak sama. Oleh karena itu
diperlukan pendekatan dan penanganan yang berbeda. Program khusus ini harus
disesuaikan dengan problem dan derajat ketunaan dari tiap-tiap anak cerebral
palsy. Dalam latihan perlu diingat adanya problem pernafasan anak cerebral
palsy yang terbaik (reversed-breathing).
Maka latihan yang pertama-tama adalah mengusahakan koordinasi antara dada
diafragma dan perut bisa bekerja dengan baik. Therapist bisa membantu agar
kerja otot-otot yang perlu, dapat dirangsang untuk berkonsentrasi dan yang
perlu dirileksasikan dapat direlaksikan.
Hal yang penting agar anak bisa
mengambil nafas (inhalasi)
dalam-dalam dan bisa mengatur kepanjangan mengeluarkan nafas (exhalasi) yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan bunyi atau suara (phonasi).
a. Latihan
Artikulasi
Latihan
artikulasi adalah sangat penting bagi anak cerebral palsy, baik latihan
organ-organnya, maupun koordinasi antara gerakan-gerakan organ artikulasi.
Latihan artikulasi melatih gerak dari organ artikulasi seperti gerak lidah,
bibir, rahang, velum dan lain-lain. Melatih produk bunyi bahasa dimulai dari
produk bunyi bahasa yang paling mudah.
-P-
-B- -M- -T- -D- -N- -K- -G- -NG- -C- -J- -NY- -H- -S- -SY- -Y-
-R- -L- -KH-
didahului dengan suara vowel yang lebbih mudah.
(1) Bibir
(i)
Menarik
bibir kedepan dengan posisi vowel ”O”, dan kemudian bibir ditarik kebelakang
untuk posisis ”I”
(ii)
Menarik
susdut bibir kebelakang.
(iii)
Mengatupkan
kedua bibir rapat-rapat.
(iv)
Menaikkan
ujung lidah.
(v)
Menjulurkan
lidah dn menggerakkan dari sisi yang kiri ke yang kanan
(vi)
Mengucapkan
T T T T dngan tepat
(vii)
Mengucapkan
L L L L dengan tepat
(viii) Melatihkan gerakan diadochokinestis dengan
fonem-fonem ”p” untuk menutup bibir, ”t” untuk menaikkan ujung lidah, ”k” untuk
menggerakkan dari lidah bagian belakang.
(2) Langit-langit lunak (soft palate)
(i)
Mengembangkan
soft palate ketika menguap.
(ii)
Mengucapkan
”m, ”b”, ”m, b”.
(iii)
Mengucapkan
”n, d”, ”n, d”, ”ng.g”
(iv)
Mengucapkan
kata-kata yang memberikan tekanan pada fonem yang terakhir
(3) Rahang
(i)
Menggerakkan
rahang bawah kekiri dan kekanan dengan gerakan pelan-pelan
(ii)
Mengatupkan
rahang dan membuka mulut dengan rahang ditarik dan membuka mulut dengan rahang
ditarik kebawah seperti gerakan-gerakan mengunyah makanan.
(iii)
Gerakan
rahang berputar seperti gerakan sewaktu mengunyah.
b.
Latihan Babbling (babble rhytme)
Dengan suara nada yang bagus disesuaikan dengan kemampuan bernafas –p-,
-b-, -d-, -k-, -g-, -u-, -s-.
c.
Latihan Kata-kata
Menggunakan kata-kata dalam daftar kata untuk mengetahui fonem-fonem yang
tidak bisa diproduksi dengan benar, baik dalam pemeriksaan pendahuluan maupun
dalam pemeriksaan penelitian.
d.
Menggunakan kalimat
Menggunakan kalimat untuk mengetahui kemampuan anak dalam menguasai fonem-fonem
yang telah dilatihkan.
e.
Latihan Percakapan (conversation)
Latihan percakapan dilakukan untuk agar supaya anak cerebral palsy dapat
bicara spontan dengan menggunakan fonem-fonem yang sudah dilatihkan. Latihan
ini merupakan tahap stabilitasi, baik mengenai fonem maupun kemampuan berbahasa
yang diberikan pada berbagai posisi, posisi duduk, berdiri, berjalan, tidur,
dan semua posisi dimana anak berada.
Postingan ini bagus, cuma harus mencantumkan sumber referensi tulisan darimana. agar tulisan ini valid. terima kasih
BalasHapus